Psikolog: Orang tua harus jadi guru pertama edukasi seksual bagi anak

Psikolog: Orang tua harus jadi guru pertama edukasi seksual bagi anak
Jangan pula dijelaskan ‘kalau sudah menstruasi berarti sudah mampu nakal atau dapat macam-macam’

republicberita.com – Jakarta – Pakar psikologi serta seksologi klinis Zoya Amirin M.Psi., FIAS mengatakan, orang tua harus menjadi guru pertama bagi anak-anak merekan yang mana yang beranjak remaja dalam memberi edukasi mengenai tubuh serta seksualitas.

Edukasi seksual dari orang tua memungkinkan narasi tentang kesehatan reproduksi dikendalikan orang tua, sehingga anak remaja bukan mencari-cari pada sumber yang tiada terpercaya serta justru dapat membahayakan mereka, menurut Zoya yang menyelesaikan S2 dalam dalam Jurusan Psikologi Klinis Dewasa Universitas Indonesia.

“Lebih baik anak tahu pertama kali dari orang tua sehingga apabila anak masih penasaran, orang tua mampu mengajak anaknya mencari tahu berdua,” kata Zoya pada sela acara Breast Cancer Awareness Month 2023 Kalbe Farma pada Jakarta, Sabtu.

Memberikan pengetahuan mengenai tubuh juga organ reproduksi kepada anak remaja memproduksi dia memahami tubuhnya sendiri kemudian dapat mengenali apabila ada kejanggalan pada tubuh mereka.

Orang tua perlu juga menjelaskan apa yang terjadi pada tubuh remaja yang tersebut memasuki usia pubertas kemudian konsekuensi aktivitas seksual yang itu sudah mampu belaka berdampak pada mereka.

Dengan demikian, anak remaja dapat menjaga diri mereka itu dengan tambahan baik lalu dapat mengenyahkan tipu daya pelaku kejahatan seksual.

Selain itu, dapat dihindari miskonsepsi bahwa kehamilan muncul semata-mata sebagai konsekuensi pernikahan kemudian juga bukan konsekuensi hubungan seksual, sebagaimana yang mana mana kerap terjadi di dalam tempat masyarakat.

Zoya mengatakan bahwa orang tua patut menggunakan bahasa yang itu lugas dan juga juga tidak ada ada menggunakan eufemisme terkait organ reproduksi saat mengedukasi anak remajanya.

Misalkan, orang tua tak ada perlu menyebut “burung” sebagai pengganti kata penis atau “bunga” sebagai pengganti kata vagina, yang mana justru dapat menimbulkan kebingungan serta meneruskan tabu yang tersebut digunakan tiada perlu.

Hal itu penting supaya anak remaja tahu nama sesungguhnya dari organ kemudian bagian tubuh yang mana hal tersebut dia itu miliki.

“Jangan pula dijelaskan ‘kalau sudah menstruasi berarti sudah mampu nakal atau sanggup jadi macam-macam’, tapi jelaskan kalau sudah menstruasi, artinya sudah sanggup dihamili laki-laki ketika ada penetrasi seksual,” kata dia.