republicberita.com –
Jakarta – Sektor teknologi Israel calon sulit pulih pasca konflik dengan kelompok Hamas, Palestina, pada akhir pekan lalu.
Menurut para pemodal lalu juga analis, perlambatan kegiatan ekonomi global menyebabkan pendanaan turun tajam pada Israel pada tahun ini.
Padahal, Israel merupakan negara dengan industri teknologi paling inovatif dalam dunia. Sebanyak 14% tenaga kerja di dalam dalam negeri yang tersebut bergantung pada sektor teknologi.
Hampir seperlima perekonomian negara disokong oleh pertumbuhan sektor tersebut.
Namun, pendanaan ke Israel melambat pada tahun ini lantaran ketidakpastian dunia usaha global. Di kala kondisinya mulai mengarah positif, konflik mendadak terjadi.
“Investasi luar negeri akan melambat dalam beberapa minggu juga bulan ke depan, terutama jika masih terjadi permusuhan,” kata Jon Medved, Kepala Eksekutif OurCrowd, salah satu perusahaan modal ventura terbesar pada Israel, dikutip dari Reuters, Rabu (11/10/2023).
Lebih lanjut, menurut dia, saat ini bukan waktu yang tersebut mana mudah untuk Israel mendapatkan investasi. Bahkan, penerbangan ke Israel pun sudah dibatalkan.
Israel menyatakan perang terhadap kelompok militan Palestina Hamas setelah orang-orang bersenjata pada Sabtu (7/10) menyerbu pagar batas Gaza.
Media Israel mengatakan kematian akibat serangan yang mana disebut telah terjadi terjadi mencapai 900 orang, sebagian besar warga sipil ditembak berakhir dalam rumah mereka.
Sementara itu, beberapa orang warga Israel kemudian beberapa orang asing dibawa ke Gaza sebagai sandera. Israel membalasnya dengan serangan udara sengit ke Jalur Gaza yang mana mana dikuasai Hamas.
Sebelum konflik terjadi, investasi modal pada startup teknologi Israel sudah terjadi menurunkan seiring dengan melambatnya perekonomian global, runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) yang tersebut itu menghilangkan sumber pendanaan utama kemudian usulan perombakan hukum yang digunakan hal itu mengancam landasan hukum perusahaan dan juga juga hak kekayaan intelektual.
Sebelumnya, para pemodal juga analis juga mewanti-wanti perusahaan teknologi yang mana dimaksud beroperasi pada dalam Israel untuk memperkuat pertahanan keamanannya. Mereka memprediksi akan terjadi disrupsi dalam sektor teknologi.
Akbiat konflik Hamas-Israel yang dimaksud mana pecah pekan lalu, banyak operasional bidang bisnis yang tersebut yang disebut tutup. Mata uang Israeli New Shekel jatuh ke level terendah dalam hampir delapan tahun terhadap dolar AS pada awal pekan ini.
Indeks saham utama Tel Aviv turun sebanyak 7% kemudian nilai tukar obligasi pemerintah turun hingga 3% sebagai respons awal pasar terhadap serangan paling berdarah terhadap Israel dalam beberapa dekade terakhir.
“Ini adalah disrupsi yang tersebut yang besar untuk bisnis,” kata Jack Ablin, CEO kemudian co-founder Cresset Wealth Advisors, dikutip dari Reuters, Senin (9/10) lalu.
Menurut dia, jika konflik ini berlanjut, maka mampu hanya jadi banyak tenaga kerja dalam perusahaan teknologi yang akan ditugaskan menjadi pasukan militer.
Chief Global Strategist pada LPL Financial Quincy Krosby mengatakan perusahaan teknologi yang digunakan hal tersebut beroperasi dalam area Israel perlu mengerahkan upaya untuk melindungi fasilitasnya dari serangan yang tersebut digunakan berlangsung.
Serangan Hacker ke Israel
Baru-baru ini dilaporkan kelompok hacker yang mana terkait dengan Rusia dilaporkan menyerang situs pemerintah kemudian media Israel. Kelompok hacker itu disebut bersekutu dengan militer Palestina Hamas yang tersebut digunakan melancarkan serangkaian serangan mematikan di tempat area negara itu pada akhir pekan ini.
Killnet, sebuah kelompok yang tersebut dimaksud konon terdiri dari hacker relawan patriotik Rusia, mengumumkan pada hari Minggu (8/10), bahwa dia akan menargetkan semua sistem pemerintah Israel dengan serangan penolakan layanan terdistribusi, sejenis serangan siber yang mana yang dikenal sebagai DDoS dan juga juga membanjiri situs web dengan lalu lintas atau traffic.
Kelompok hal itu menyalahkan Israel atas pertumpahan darah yang hal itu terjadi kemudian menuduh negara yang digunakan disebut memperkuat Ukraina lalu NATO.
Killnet kemudian mengklaim pihaknya sudah pernah mematikan situs web pemerintah Israel lalu situs badan keamanan Shin Bet selama jangka waktu tertentu pada akhir pekan lalu.
Klaim kelompok hal itu tidak ada ada dapat dibuktikan dengan gamblang.
Sementara itu, Anonymous Sudan, sebuah kelompok hacker yang tersebut hal itu dicurigai oleh para ahli keamanan siber sebagai kelompok depan Rusia, menyatakan dukungannya terhadap perlawanan Palestina.
Mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap situs web Jerusalem Post, lalu menjadikannya offline beberapa saat pada Senin (9/10) pagi.
Surat kabar hal yang menulis dalam sebuah pernyataan yang mana mana di-posting pada X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) bahwa dia menjadi target berbagai serangan siber. Situs webnya sudah berhasil dipulihkan.
“Jelas bahwa para peretas Rusia lainnya juga menyokong Hamas dalam perang dia melawan Israel,” kata Mattias Wåhlén, pakar intelijen ancaman dalam dalam perusahaan keamanan siber Truesec AB, dikutip dari Time,
“Tindakan merek tambahan tinggi terlihat seperti serangan oportunistik. Konflik ini menjadi berita utama yang dimaksud menarik kelompok seperti Killnet yang mana mana mencoba memonetisasi serangan DDoS,” imbuhnya.
Wahlen menyebut, dengan kejadian ini terlihat jelas bahwa Rusia berada di tempat area pihak Hamas kemudian melawan Israel.
Sejumlah kelompok hacktivist gadungan lainnya mengklaim bahwa merek melancarkan peretasan terhadap infrastruktur Israel, menargetkan situs web yang tersebut mana terkait dengan pembangkit listrik serta juga sistem peringatan rudal. Banyak dari serangan hal itu tiada dapat diverifikasi secara independen.
Perusahaan keamanan siber Group-IB mengatakan bahwa kelompok peretas yang dimaksud dimaksud menamakan dirinya AnonGhost sudah pernah menyusupi aplikasi telepon seluler yang digunakan digunakan untuk mengeluarkan peringatan rudal kepada warga Israel selama periode konflik.
Para peretas mengeksploitasi kerentanan dalam aplikasi untuk memasukkan pemberitahuan palsu, dengan frasa seperti “kematian bagi Israel” serta “bom nuklir akan datang,”.
Group-IB mengatakan bahwa aplikasi hal itu tampaknya sudah dihapus dari Google Play Store, juga sudah pernah dijalani diunduh 1 jt kali. Pengembang bukan menanggapi permintaan komentar.
AnonGhost mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dimaksud digunakan diposting di dalam area Telegram bahwa mereka menargetkan beberapa aplikasi Israel lainnya yang tersebut mengeluarkan peringatan rudal lalu memposting apa yang mana diklaimnya sebagai nomor telepon pribadi pejabat dunia maya Israel, yang dimaksud memacu para pendukungnya untuk melakukan “spam.”
Israel sering menjadi sasaran serangan siber, juga peretas Iran terus-menerus disalahkan atas beberapa serangan tersebut. Namun, masih belum jelas apakah pasukan peretas Iran terlibat dalam konflik saat ini.