republicberita.com – Jakarta – Negara-negara Barat menyerukan jeda kemanusiaan di dalam tengah pertempuran pada Gaza, ketika Israel menggempur dan juga memblokade wilayah kantong hal itu sebagai balasan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Jeda kemanusiaan bertujuan agar bantuan mampu disalurkan kepada warga sipil. Namun, beberapa negara lainnya dalam blok yang disebut belum yakin.
Uni Eropa (UE) pada hari Senin, 23 Oktober 2023 memberi sinyal bahwa pekan ini mereka itu akan menyerukan jeda kemanusiaan. Menurut rancangan kesimpulan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa, jeda kemanusiaan diperlukan agar bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina dapat masuk dengan aman ke Gaza juga menjangkau dia yang membutuhkan.
“Dewan Eropa membantu seruan Sekjen PBB Guterres untuk melakukan jeda kemanusiaan guna memungkinkan akses kemanusiaan yang mana aman dan juga bantuan untuk menjangkau mereka yang digunakan membutuhkan,” demikian bunyi rancangan kesimpulan KTT tersebut.
Setelah pertemuan para menteri luar negeri UE dalam Luksemburg pada hari Senin, kepala kebijakan luar negeri EU Josep Borrell mengatakan ada “konsensus dasar” mengenai perlunya meningkatkan bantuan kemanusiaan. “Sekarang yang paling penting adalah bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza,” kata Borrell kepada wartawan.
Namun, negara-negara belum menyepakati cara terbaik untuk meningkatkan aliran bantuan itu dan juga beberapa pihak khawatir jeda ini akan mengekang hak Israel untuk mempertahankan diri, kata diplomat dari tiga negara UE yang mana berbicara secara anonim kepada Reuters.
Di antara negara-negara besar dalam blok UE, Prancis mengupayakan jeda, sementara Jerman sejauh ini belum melakukannya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron terbang menuju Israel pada hari Selasa, 24 Oktober 2023 dengan membawa beberapa proposal juga rencana menyokong jeda kemanusiaan, ketika ancaman serangan darat ke Gaza semakin dekat. Ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Israel Isaac Herzog, serta pemimpin sayap tengah Benny Gantz kemudian Yair Lapid.
Spanyol, Belanda, Irlandia, Slovenia, juga Luksemburg juga telah lama secara terbuka menggalang gagasan jeda kemanusiaan.
Namun beberapa menteri, seperti Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallenberg dan juga Menteri Luar Negeri Ceko Jan Lipa, mempertanyakan kelayakan usulan jeda tersebut. Menteri-menteri lain menghindari mengambil sikap publik.
Perbedaan pandangan ini secara luas mencerminkan perbedaan yang mana sudah lama ada di dalam dalam UE mengenai konflik Israel-Palestina. Pihak-pihak yang mana dianggap tambahan bersimpati kepada Palestina mengupayakan penghentian sementara konflik, sementara sekutu setia Israel cenderung enggan melakukannya.
Ketika ditanya mengapa Jerman tidak ada mengupayakan seruan jeda kemanusiaan, Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock mengatakan kejadian beberapa hari terakhir telah dilakukan menunjukkan pentingnya memasok bantuan ke Gaza, namun juga menjelaskan bahwa Hamas terus menyerang Israel.
“Kita semua telah terjadi melihat terorisme terus berlanjut tanpa henti, serangan roket besar-besaran terhadap Israel terus terjadi,” katanya. “Kita tidaklah bisa jadi mengakhiri bencana kemanusiaan jika terorisme dari Gaza terus berlanjut.”
Sementara ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, sempat menghadapi kritik oleh sebab itu berbicara atas nama blok hal itu secara keseluruhan pada awal bulan ini, setelah melakukan perjalanan ke Israel untuk menawarkan dukungan Eropa kepada negara itu untuk melawan Hamas.
REUTERS
Pilihan Editor: Tak Disetujui Barat, Perusahaan Cina dan juga Rusia Tanda Tangani Kontrak Bisnis