republicberita.com – Jakarta – Menteri Koperasi kemudian juga UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia tengah berupaya melakukan pengaturan lebih lanjut besar dalam terhadap teknologi pada wadah perdagangan secara elektronik atau e-commerce, termasuk pengaturan data agar tiada terjadi praktik monopoli yang digunakan dijalani oleh sistem global.
Hal hal itu diungkapkan Menteri Teten terkait pemanfaatan media sosial yang digunakan digunakan belakangan dimanfaatkan sebagai media transaksi perdagangan secara elektronika.
“Kita bukan anti-inovasi. Teknologi kemudian metamorfosis digital adalah satu keharusan. Hal ini memberikan disrupsi atau peluang baru bagi pelaku bisnis, namun jangan sampai kemudian malah jadi monopoli. Bila terjadi monopoli, maka habislah semua industri kita termasuk e-commerce dalam negeri,” ungkap Menteri Teten dalam sebuah diskusi pada bilangan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa.
Menurut Teten, setiap individu yang mana mana masuk ke media sosial miliki tujuan untuk mencari kesenangan sosial serta membagikan hal-hal menyenangkan kepada publik jagat maya. Hal hal itu jelas berbeda dengan tujuan pengaplikasian jaringan transaksi jual beli secara daring.
“Terdapat sebanyak 123 jt orang yang mana dimaksud masuk ke media sosial sehingga mereka (platform) gampang hanya saja jualan. Karena itu kami melihat ada penyelenggaraan data yang digunakan dimaksud keliru dikarenakan tujuan orang masuk ke media sosial berbeda dengan masuk ke e-commerce. Makanya, traffic Unicorn kita jadi kalah semua sejak dirintis belasan tahun lalu. Hanya dalam waktu 2 tahun, market share tinggal 30 persen sampai 50 persen. Apakah mau dibiarkan seperti ini? Kan tidak, nggak boleh,” tegas dia.
Selama ini, Menteri Teten melanjutkan, wadah digital lazim digunakan untuk memperluas market share kegiatan industri lewat sistem iklan “bakar uang". Skema ini, lama-kelamaan semata-mata akan menjadi kekuatan kapital besar yang bisa jadi belaka memenangkan persaingan, tutur dia.
“Saya tahu Unicorn lokal sudah sangat berat atau berhenti ‘bakar uang’. Lalu tiba-tiba masuk hasil tidaklah mahal dari China yang mana dimaksud sudah di-dumping, masuk ke di area lokasi ini disubsidi lagi. Jadi, biaya baju dapat seribu rupiah, kemudian tas Rp2 ribu, juga kosmetik Rp5 ribu. Siapa yang itu mau bersaing dengan kondisi seperti itu?” kata Teten.
Lebih lanjut, Teten mengungkapkan bahwa berbagai edukasi, kampanye, atau gerakan untuk mencintai barang dalam negeri yang mana dimaksud selama ini digalakkan dapat tetap menjadi kekuatan yang dimaksud dimaksud mampu cuma membantu mempertahankan daya saing komoditas lokal dalam tempat tengah gempuran produk-produk asing.
“Pemerintah sudah menerapkan kebijakan bahwa sebanyak 40% dari APBN harus dipakai membeli barang lokal yang digunakan mana merupakan afirmasi untuk memperkuat industri, item lokal, juga UMKM dalam negeri. Menumbuhkan ideologi membeli item dalam negeri menurut saya masih panjang perjuangannya, walau bukan hal yang digunakan tak mungkin,” ungkap dia.
Menteri Teten lantas mengatakan bahwa rakyat Indonesia sanggup mencontoh negara Korea Selatan yang dimaksud dimaksud mampu menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap produk-produk sendiri, sehingga dalam area mana pun warga negara itu berada merek akan tetap membeli karya bangsa sendiri.
“Kita lihat Korea Selatan, masyarakatnya loyal terhadap komoditas sendiri. Dari pilihan mobil, restoran, dokter gigi, hingga belanja, semua menerapkan nasionalisme, bahkan sekarang sudah berhasil menguasai beberapa industri. Kita belum punya itu. Konsumen kita yang dimaksud digunakan penting belanja kalau ada diskon, beli yang murah, nggak peduli komoditas mana pun,” katanya seraya tersenyum.
Nasionalisme, Menteri Teten berpendapat, dapat menjadi upaya untuk membangkitkan kemandirian produk-produk perdagangan dalam negeri dengan melibatkan semua pilar bangsa.
"Kalau kata Pak Jokowi, bila kita sudah dapat bikin ayam goreng enak, ngapain kita mengungkap penyetoran modal dengan perusahaan ayam goreng dari luar? Negara dapat mengatur itu. Jadi, Ayo kita flexing (pamer) produk-produk lokal," tutup dia.