republicberita.com – Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Anggaran Pendapatan kemudian Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen penting untuk mencapai cita-cita Indonesia.
Hal itu ia sampaikan dalam Kuliah Umum bertajuk "Kebijakan Fiskal pada Tengah Konstelasi Ketidakpastian Global" yang digunakan yang disebut diselenggarakan pada dalam Kampus Universitas Diponegoro, Semarang.
“Salah satu instrumen yang tersebut penting adalah APBN, keuangan negara, yang mana mana sering disebut sebagai kebijakan fiskal, lantaran dia adalah salah satu bentuk dari instrumen negara untuk sanggup mencapai cita-cita tersebut,” kata Sri Mulyani dalam keterangan tertoreh yang mana diterima di area tempat Jakarta, Senin.
Menkeu mengungkapkan, cita-cita luhur Indonesia yang tersebut itu tertuang dalam pembukaan UUD 1945 tentu membawa konsekuensi, khususnya dari sisi keuangan negara.
Terlebih, konstelasi global yang digunakan mana dinamis lalu menantang juga membutuhkan instrumen yang digunakan tangguh agar perekonomian Indonesia mampu hanya dikelola dalam mencapai tujuannya.
Oleh akibat itu, Sri Mulyani menjelaskan bahwa APBN hadir melalui tiga fungsi yakni alokasi, distribusi, kemudian stabilisasi, termasuk sebagai countercyclical.
Ketika sektor ekonomi menderu, jelas Menkeu, maka APBN didinginkan. Sementara ketika dunia usaha terlalu turun, maka APBN ditarik ke atas. APBN juga sanggup bergerak secara ekspansif, mampu juga secara kontraktif. Semua itu didesain dalam APBN dengan postur APBN.
Bendahara Negara menyinggung berbagai krisis yang tersebut digunakan pernah terjadi dalam perjalanan sejarah Indonesia, seperti taper tantrum, perang dagang, serta pandemi COVID-19. Meski demikian, ia menyebut situasi Indonesia relatif terjaga, bahkan dapat sekadar menciptakan pembagian merata pertumbuhan.
“Kalau kita lihat pertumbuhan kegiatan ekonomi Indonesia bukan cuma belaka sekedar menjaga stabilitas, kita juga menciptakan pemerataan. Waktu terjadi COVID semuanya mengalami kontraksi, namun kita pulih kembali lalu memulihkan dari sisi total orang yang digunakan digunakan miskin, rata kemiskinan juga juga pengangguran, itu adalah cara untuk mengelola,” ujar Menkeu.
Kuliah umum yang tersebut dihadiri oleh sivitas akademika dari Universitas Diponegoro (Undip) dan juga juga Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Pada kesempatan tersebut, Menkeu juga meresmikan Pojok Kemenkeu, sebuah ruang edukasi keuangan negara yang dimaksud mana ditujukan untuk kalangan akademis sebagai sarana referensi, data serta informasi, serta sarana konsultasi akademisi dengan perwakilan dari Kementerian Keuangan.