Travel  

Menikmati Tempura Diiringi Geisha di dalam Shinagawa

Menikmati Tempura Diiringi Geisha di tempat dalam Shinagawa

republicberita.com – Tokyo – Tiga hari menjauhi pembukaan Japan Mobility Show, dua perahu Funasei Yakatabune disambangi warga non-Jepang pada Senin malam, 23 Oktober 2023. Salah satu perahu dipesan rombongan wartawan dari Indonesia. Funasei Yakatabune adalah wisata kuliner bernuansa sejarah dengan hiburan dari Geisha yang digunakan ditawarkan Tokyo.

Yakatabune secara historis dikenal sebagai perahu tradisional yang mana biasa digunakan untuk hiburan pada Periode Heian (794-1185). Perahu-perahu kecil yang mana dilengkapi lampion ini digunakan untuk jamuan makan malam. Di dalamnya, para tamu mampu membaur sambil makan dan juga minum. Tiap perahu dilengkapi tatami atau alas semacam tikar dengan meja-meja pendek. 

Pencicip Wisata Kuliner di tempat Tokyo Dihibur Geisha

Selain makanan dan juga minuman, para tamu dihibur dengan penampilan musik hingga pembacaan puisi seiring berlayarnya perahu. Pada era Heian, yakatabune biasa digunakan para aristokrat, tuan tanah, pejuang samurai, hingga saudagar kaya. Masyarakat awam baru bisa saja menikmati hiburan pada Yakatabune pada akhir abad 19.

Untuk rombongan wartawan dari Indonesia, hiburan yang dimaksud disuguhkan adalah nyanyian dari Geisha beserta pendampingnya serta interaksi berbentuk permainan dengan Geisha. Para tamu diberi sambutan langsung oleh Yoko Ito, sang pemilik Funasei Ltd. “Saya berharap Anda sanggup merasakan pelayaran zaman dahulu dalam suasana tradisional,” kata Yoko.

Tempura. Foto: TEMPO| Kodrat Setiawan.

Rute yang digunakan dilalui adalah Pelabuhan Shinagawa, Odaiba, Sungai Sumida, Jembatan Eitai, Jembatan Pelangi, hingga balik lagi ke Pelabuhan Shinagawa. Selama sekitar 90 menit, para tamu bisa saja mencicipi hidangan yang tersebut disajikan sambil menikmati cahaya dari landmark Kota Tokyo yang digunakan menghiasi kanvas langit malam. 

Menu yang Ditawarkan

Menu yang digunakan disajikan diawali dengan menu pembuka serta sashimi (potongan ikan mentah). Adapun menu utama yang tersebut disajikan berbentuk delapan jenis tempura mulai makanan laut hingga sayuran seperti cumi, udang, serta jamur. Tempura ini bisa saja dinikmati dengan dua cara.

Pertama, dengan kuah yang tersebut ditaburi kubis. Tempura akan dicocol ke dalam kuah yang tersebut tersedia dalam mangkuk kecil. Adapun cara kedua, tempura ditaburi dengan tiga pilihan garam yang mana masing-masing memiliki tingkat kepedasan yang dimaksud berbeda. Untuk minum, tamu bisa jadi memilih dari minuman beralkohol macam sake ataupun non-alkohol seperti jus jeruk ataupun oca.

Di sela-sela penyajian tempura, para tamu disuguhkan nasi dengan campuran ikan salmon dan juga sayuran acar. Ada pula mie khas Jepang yang dimaksud disajikan dengan sup dashi dingin. Untuk penutup, disuguhkan dua potong kecil kue cokelat juga jeruk. 

Atraksi Geisha

Setelah makanan satu per satu selesai disajikan, Geisha serta manusia pengiring yang digunakan memainkan alat musik petik tiga senar yang mana dikenal dengan shamisen. Salah satu lagu yang dibawakan oleh Geisha menceritakan tentang burung Bangau. “Bagi orang Jepang, burung bangau juga melambangkan usia yang dimaksud panjang lalu kemakmuran,” kata Geisha tersebut.

Tamu untuk satu perahu Yakatabune Funasei biasanya berkelompok sekitar 20 atau lebih. Para pengguna mayoritas adalah perusahaan-perusahaan yang mana merayakan acara seperti perpisahan ataupun sambutan bagi karyawan baru. 

Japan Mobility Show 26 Oktober-5 November 2023 bisa saja juga dimanfaatkan Funasei Yakatabune untuk menarik turis asing menikmati wisata kuliner dengan unsur sejarah dalam dalamnya. Contohnya rombongan wartawan dari Indonesia.