Bisnis  

Mengoptimalkan APBN 2024 dengan National Logistic Ecosystem

Mengoptimalkan APBN 2024 dengan National Logistic Ecosystem

republicberita.com – INFO BISNIS – Masalah logistic nasional merupakan salah satu unsur yang dimaksud sangat menentukan daya kompetisi perekonomian Indonesia. Untuk itu, pemerintah terus berupaya menghilangkan hambatan dan juga mengurangi biaya arus barang dalam perdagangan internasional serta domestik, salah satunya melalui penerapan National Logistic Ecosystem (NLE).

Kepala NLE Agus Rofiudin mengatakan bahwa NLE merupakan salah satu langkah strategis pemerintah menghadapi tantangan kinerja logistik sebagaimana Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2020. Agus melihat pula NLE merupakan sebuah media digital layanan logistik hulu ke hilir, dengan kolaborasi Kementerian/Lembaga (K/L), perusahaan terkait, serta pelaku logistik.

“Kolaborasi digital dalam satu jaringan (NLE), akan menjamin kelancaran pergerakan arus barang ekspor juga impor, maupun pergerakan arus barang domestik, baik antardaerah dalam satu pulau, maupun antar pulau,” ucapnya.

Kinerja logistik nasional memang belum ideal hingga saat ini. World Bank (WB) pada Logistics Performance Index (LPI) 2023, menempatkan kinerja logistik Indonesia pada peringkat 63 dengan nilai 3.0. Biaya logistik nasional pun masih tergolong tinggi, yaitu 14,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Untuk diketahui, APBN tahun 2024 mencapai Rp3.325,1 triliun, dialokasikan Rp2.467,5 triliun untuk Belanja Pemerintah Pusat kemudian Transfer ke Daerah sebesar Rp857,6 triliun. Belanja Pemerintah Pusat dimaksimalkan untuk menguatkan APBN sebagai fungsi alokasi, distribusi, juga stabilisasi.

APBN tahun 2024 disusun agar mampu menghadapi tantangan-tantangan yang mana tidak ada mudah. Pemerintah memperkirakan bahwa tahun 2024 nanti APBN akan berhadapan dengan situasi geopolitik yang tersebut belum jelas ujungnya, perubahan iklim, kecemasan pandemik, serta digitalisasi.

Belanja infrastruktur pada APBN 2024 mencapai Rp422,7 triliun. Arah kebijakan infrastruktur di area antaranya adalah untuk mempercepat perkembangan infrastruktur penggerak ekonomi (konektivitas dan juga transportasi, energi serta ketenagalistrikan, kemudian pangan). Selain itu juga untuk penyediaan infrastruktur pelayanan dasar serta proyek-proyek strategis, serta kesetaraan lalu penguatan akses TIK yang mengupayakan perubahan fundamental digital. Kesemuanya itu erat kaitannya dengan kinerja logistik.

Pembangunan jalan, jembatan, bandara, serta pelabuhan diperkuat dengan penyediaan titik akses internet hingga Digital Broadcasting System (DBS).

“Pembangunan infrastruktur yang dapat dimaksimalkan dengan penyelenggaraan National Logistics Ecosystem,” ujar Agus.

Selain itu, kegiatan ekonomi nasional didorong oleh leading sectors, seperti Industri, Perdagangan, Pertanian, Pertambangan, hingga Konstruksi. Lapangan usaha industri, tercatat masih memberikan kontribusi terbesar dibandingkan lapangan usaha lainnya. “Dalam kondisi itu inline dengan komposisi impor nasional yang masih didominasi unsur baku penolong. Alhasil, proses logistik sebagai kelancaran pasokan material baku maupun hasil produksinya harus maksimal,” tutur Agus.

Joint inspection antara Karantina Pertanian Makassar kemudian Bea Cukai Makassar untuk komoditas Bawang putih, Makassar, 7 Oktober 2021

“Kolaborasi digital dalam satu media (NLE), akan menegaskan kelancaran pergerakan arus barang ekspor dan juga impor, maupun pergerakan arus barang domestik, baik antardaerah dalam satu pulau, maupun antar pulau,” ucapnya.

NLE menyederhanakan proses perusahaan layanan pemerintah di area bidang logistik, mengolaborasi sistem layanan logistik swasta baik domestik maupun internasional, memudahkan transaksi pembayaran penerimaan negara serta fasilitasi pembayaran antar pelaku bidang usaha logistik, dan juga penataan tata ruang kepelabuhan juga jalur distribusi barang.

Kondisi yang dimungkinkan dengan konsep dasar NLE yang digunakan terdiri 4 pilar, yaitu simplifikasi proses usaha layanan pemerintah dan juga swasta. Lalu,  kolaborasi media logistik, kemudahan pembayaran, dengan skema single billing, kemudian penataan tata ruang, dengan penerapan kebijakan yang mana menyebabkan pergerakan barang lebih lanjut efisien.

Terobosan NLE sebagai layanan Sistem Pelayanan Online Satu Pintu alias Single Submission (SSm), yang digunakan terus dikembangkan oleh Lembaga National Single Window (LNSW). Layanan seperti SSm Pengangkut, SSm Perizinan, serta Single Submission Quarantine Customs (SSm QC/SSm Pabean Karantina) berhasil memangkas tahapan proses bisnis, mengurangi proses repetisi serta duplikasi dengan satu kali submission, serta mempermudah pengurusan layanan logistik pemerintahan. 

Ada sekitar 15 kementerian ataupun Lembaga yang digunakan mempermudah pelaku perniagaan dengan tak perlu lagi ke masing-masing K/L untuk menanyakan regulasi, proses, juga persyaratan kemudahan berbisnis.

“Tujuan pengerjaan NLE adalah agar proses melakukan bidang usaha di tempat Indonesia semakin kompetitif, baik dari segi waktu, simplifikasi, kecepatan, lalu pada akhirnya dari segi biaya,” ucap Agus. Menteri Keuangan pun menegaskan kepada Tim NLE yang mana merupakan kolaborasi Direktorat Jenderal Bea lalu Cukai (DJBC) juga Lembaga National Single Window (LNSW) agar terus mengelola NLE dengan tetap menjaga sarana yang dimaksud ada untuk industri dan juga perdagangan.(*)