republicberita.com – Kelompok sukarelawan Mak Ganjar melakukan penyuluhan tentang gangguan pertumbuhan pada anak atau stunting di area Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Kegiatan yang bertujuan untuk membantu menurunkan hitungan stunting pada wilayah Kalimantan Selatan, khususnya Kabupaten Banjar yang digunakan disebabkan oleh minimnya pengetahuan warga tentang stunting.
“Stunting itu kebanyakan (disebabkan) waktu hamil tidaklah menjaga kesehatan kehamilannya. Pola makannya juga tidak ada sehat, tak seimbang. Sehingga, anaknya gizinya kurang baik,” kata Muslihah, pengisi materi penyuluhan, ditulis Jumat (10/11/2023).
Menurut WHO (2020) stunting adalah kondisi pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia yang dimaksud kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO.
Kondisi itu, kata Muslihah, dipengaruhi irreversibel akibat asupan nutrisi yang digunakan tidaklah adekuat dan/atau infeksi berulang atau kronis yang mana terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan.
“Ketika anaknya tumbuh itu kurang, pertumbuhannya tak normal. Tidak seperti anak-anak tumbuh pada umumnya. Ada kemungkinan berat lalu tinggi badannya itu kurang dari yang digunakan normal,” ujarnya.
Menurut data tahun lalu, hitungan stunting di area Kabupaten Banjar sebelumnya tercatat sebesar 40 persen kemudian mengalami penurunan sekitar 14 persen sehingga pada saat ini jumlahnya berada pada nomor 26 persen.
Penurunan bilangan bulat stunting itu diakui berkat kerja sebanding berbagai pihak termasuk kelompok sukarelawan Calon Presiden Ganjar Pranowo kemudian Calon Wakil Presiden Mahfud MD, melalui penyuluhan yang mana diimplementasikan Mak Ganjar Kalimantan Selatan kali ini.
“Cara pencegahannya, pola makannya harus dijaga. Kemudian juga pola hidup bersih kemudian sehat. Apalagi, untuk bapak-bapaknya yang dimaksud merokok sebisa mungkin menghindari kontak langsung dengan anak ketika sedang atau selesai merokok,” kata Muslihah.
Dalam penyuluhan kali ini, terungkap alasan warga kurang memperhatikan asupan makanan bergizi untuk anak-anaknya yakni terkendala kondisi perekonomian yang digunakan sedang sulit belakangan ini.
Muslihah mengakui kondisi perekonomian warga setempat tengah sulit sebab hasil perkebunan karet yang dimaksud banyak digeluti mereka mengalami penurunan hasil produksi serta penjualan.
“Ketika karet itu anjlok harganya dan juga hasil karetnya itu mengecil maka di tempat situ penghasilan publik merosot akhirnya untuk mencari makan susah juga untuk menghidupi keluarganya juga sulit,” katanya.