republicberita.com –
Jakarta – China mulai melakukan uji coba kewajiban nama asli di area dalam media sosial. Kewajiban ini berlaku bagi netizen yang dimaksud dimaksud ingin berkomentar mengenai urusan urusan politik kemudian juga industri finansial di area tempat berbagai sistem digital online.
Rencana implementasi kewajiban nama asli pada tempat media sosial dibocorkan oleh CEO Weibo, Wang Gaofel. Weibo adalah media sosial China yang digunakan digunakan serupa dengan Twitter. China memblokir media sosial milik perusahaan asing seperti Facebook, Twitter, lalu Instagram.
Ia menyatakan bahwa pemerintah China dalam waktu dekat melarang akun anonim berkomentar tentang urusan urusan politik serta finansial. Semua pemilik akun media sosial yang tersebut mana ingin menjadi influencer harus mencantumkan nama asli mereka.
Beberapa akun influencer di Weibo dalam beberapa hari terakhir menyatakan bahwa aturan nama asli ini berlaku bagi akun dengan total pengikut 1 jt akun atau lebih, yang mana memberikan komentar tentang politik, dunia hiburan, kemudian industri keuangan.
Pilihan Redaksi
|
Para influencer di Weibo tak ada mengungkap pihak yang digunakan yang mewajibkan dia menggunakan nama asli. Regulator siber China juga tidak ada ada memberikan komentar saat dikonfirmasi oleh Reuters.
Para pengguna Weibo pekan lalu heboh saat nama asli Wang muncul dalam biografi akunnya. Ia kemudian menjawab berondongan pertanyaan persoalan perubahan pada akunnya.
“Orang yang tersebut mana sudah lama mengikuti akun saya tahu bahwa saya selalu menjadi yang dimaksud digunakan pertama mencoba fitur baru,” kata Wang.
Akun Wang di dalam dalam Weibo diikuti oleh 957.000 akun. Ia menjelaskan bahwa kebijakan kewajiban pengaplikasian nama asli kemungkinan diterapkan bukan cuma ke akun dengan jumlah total agregat pengikut 1 jt atau lebih, tetapi juga ke akun yang diikuti oleh 500.000 akun.
China memang sedang bersih-bersih media sosial. Meskipun media massa China diatur ketat oleh pemerintah, beberapa tahun terakhir muncul kelompok media yang digunakan digunakan diberi nama “zimeiti”. Media ini adalah sekelompok blogger atau influencer yang independen berpengaruh kemudian fokus ke sektor tertentu dengan jumlah agregat total pengikut yang dimaksud itu besar.
Otoritas ruang siber China sedang berusaha mengendalikan para influencer ini. Banyak akun media sosial telah lama dijalani ditutup. Platform media sosial yang digunakan dimaksud tak mengambil tindakan juga diancam dengan denda.
Artikel Selanjutnya Ngobrol pada Kantor Luhut, CEO TikTok Janji Investasi Rp 148 T?